Pada beberapa artikel sebelumnya, saya sempat mengulas tentang beberapa Satria FU harian yang sudah mengalami modifikasi pada mesinnya, mulai dari sekedar stroke up 165cc, sampai 200cc dan 220cc.
Apakah menurut pembaca, fu fu yg saya ulas itu sudah terlalu extrim untuk dipakai harian?
hmmm, tunggu sampai anda selesai baca profil Satria FU yang satu ini.


Si Buta dari Beji, begitu saya dan kawan-kawan biasa menjuluki Satria FU kelahiran 2007 ini. Sejauh yg saya ingat, perkenalan pertama saya dengan si buta dan pemiliknya -seorang pria muda yg biasa disapa Moja- terjadi pada suatu malam sekitar pertengahan 2009. Malam itu saya dan teman teman FUers dari ssfc sedang rolling kunjungan ke chapter bekasi, namun ditengah jalan motor saya entah kenapa mati karena hilang api (belakangan baru diketahui cuma karena koilnya eror). Saat pulang dari bekasi, motor saya pun terpaksa disetut bergantian dan akhirnya mampir ke workshop D2M kalimalang untuk check up..
Karena waktu sudah larut malam motor saya pun harus nginap, jadi saya perlu tumpangan pulang ke kostan saya di kalibata. Saat itulah, diantara rombongan teman teman yg ada saat itu, Moja yang lebih dahulu menghampiri dan menawarkan, “Bareng gw aja bro, tapi lu yg bawa ya?” begitu ujarnya sambil menyerahkan kunci motornya. Saya pun mengiyakan walau belum terlalu mengenalnya saat itu, karena dia pun terhitung baru bergabung di ssfc. Saya yang tidak terbiasa membawa FU dgn stang jepit seperti si buta dibuat kikuk dan kagok sepanjang jalan, sementara empunya motor asyik nemplok di belakang sambil merokok, asyemmm..

Sepanjang perjalanan dari kalimalang ke kalibata, kami pun mengobrol santai. Si buta yang masih berbodi lengkap kala itu terasa cukup enak powernya dikendarai.
“Kok speedometernya di tutup mika bro?” saya bertanya.
>>Biar gak takut kalo ngebut pak’ begitu jawab moja enteng saat itu. ‘Hehehe’ saya hanya nyengir saja dalam hati mendengar jawaban moja.
“Motornya enak juga nih tenaganya, udah modif apa aja?” lanjut saya bertanya.
>>Mmm..udah bore up sih..pake seher scorpio, ama maen kem juga, yang garapnya bengkel di daerah depok’ Jawab moja kemudian.
Weh, keren jg nih anak, pikir saya saat itu. Motor gw aja masih standar 150cc..die udah maen bore up scorpio-an…ckckck
Obrolan pertama kami malam itu tak berlangsung lama, karena saya turun duluan di kalibata, sementara moja melanjutkan perjalanan pulang ke kediamannya di beji, depok.
Mudah ditebak, dari pertama mengenalnya, sudah terlihat kayaknya memang Moja termasuk FUers yg seneng modif dan doyan ngebut. Pernah suatu malam selesai acara mubes klub di mt haryono, dia minta ikut ke kostan saya, katanya pengen nyobain “keluar malem” bareng saya. hehe…ada ada aja. Suatu waktu jg saya pernah mendengar waktu lagi rolling bareng, dia malah keluar barisan trus ngacir duluan dua-duaan sama partner sehobinya, sesama adrenailn junkies saat itu yg gak lain dan gak bukan, si blackpearl wildan. Sampai akhirnya sekalian saja saya undang mereka berdua, saya tunjukan tempat yg lebih leluasa buat mereka. Tuh, daripada lu bedua kebut2an lagi rolling, dikomplen orang banyak, mending sini aja deh gw wasitin sekalian gmn? Ehh..Dasar emang doyan, bukannya segen, mereka malah girang trus ketagihan. hehehe
Awal 2011, saat saya dan kawan kawan lain pertama kali mencicipi sirkuit sentul, si buta hanya jadi penonton saja. Situkang kebut ini terpaksa hanya pasrah jadi tukang foto sementara dulu, termasuk saat saya test bareng dengan ninja RR disana, ya moja inilah yang secara kebetulan menjepret moment itu. Entah mungkin karena gatal ingin ikut turun langsung, selang berapa lama setelah menonton latihan di sentul, dia pun mengutarakan niatnya untuk membangun ulang si buta dari awal lagi. Dan setelah beberapa kali berdiskusi dengan kawan kawan yang lain, moja akhirnya memutuskan untuk menyerahkan garapan si buta ke tangan Jabrik, tuner utama Jabrik Motor dari bilangan Kalibata, Jakarta selatan. Spek yang dia minta untuk si buta saat itu pun tak main main; spek mesin komplit setara motor drag. Tak lama, setelah semua hitung gitungan matang, si buta pun resmi masuk pesantren untuk menjalani pembedahan total.
Sekian waktu berlalu, setelah cukup lama semedi di kawah candradimuka Jabrik Motor, si buta keluar dengan amunisi mesin yg berubah drastis. Spek lengkapnya akan saya sampaikan nanti di akhir artikel. Tapi sebagai gambaran, kapasitas mesin si buta saat itu membengkak menjadi 228cc. Pintu masuk bahan bakar dan keluar pembakaran yang standarnya hanya 22/19, dilengserkan dan diganti klep lebih besar 26 In /22 Out. Kem standar dimodif ulang. Karburator PE28 direamer lagi. Tak ketinggalan gearbox ratio dari gigi 1 – 6 juga dihitung ulang untuk mendapatkan perbandingan primer dan sekunder yang lebih rapat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar